Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Tak Merokok pun Bisa Sakit

SUDAH menjadi pengetahuan kita bersama kalau merokok membuat umur seseorang makin pendek. Kandungan racun dalam sebatang rokok berpotensi memicu beberapa penyakit mematikan seperti kanker paru-paru, jantung, tekanan darah tinggi, kelainan janin dan yang lain.

Zat seperti nikotin, tar dan karbonmonoksida yang terhisap dari rokok sangat berbahaya bagi tubuh. Nikotin merupakan zat yang membuat kecanduan dan dapat memengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.

Sedangkan tar merupakan kotoran pekat yang dapat mengiritasi paru-paru dan sistem pernafasan bahkan dalam beberapa kasus zat ini menjadi penyebab terjadinya kanker paru-paru. Karbonmonoksida lain lagi. Zat ini dapat meresap dalam darah dan mengurangi kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Begitulah fakta tentang rokok dan kandungannya yang berbahaya. Jika dampak buruk itu berlaku hanya untuk seseorang yang memutuskan untuk menghisap rokok, mungkin tidak akan jadi masalah besar. Namun sebenarnya, akibatnya juga menimpa pada orang-orang yang tidak merokok.

Ya, mereka yang terpaksa harus menghirup asap itu dinamakan perokok pasif. Asap rokok itu bukan dari mulut perokok tapi asap pembakaran ujung rokok. Mereka punya risiko yang sama dengan perokok aktif bahkan lebih besar.

Maksudnya, seseorang yang selalu ada dalam tempat yang penuh dengan asap rokok, dirinya lama-lama berisiko sama dengan perokok. Semakin banyak orang yang merekok di sekelilingnya, semakin besar pula risikonya. Banyaknya asap yang terhirup itulah ukurannya.

Kisah memilukan datang dari Noor Atika Hasanah pada penghujung Desember 2010. Perempuan 28 tahun yang tinggal di Jakarta itu meninggal dunia karena penyakit flek paru dan Bronchopneumonia Duplex.

Tika, panggilan akrabnya, meninggal akibat menghirup asap rokok. Dia tidak merokok tetapi dia adalah korban dari asap perokok. Berat badannya berangsur-angsur turun dari 45 kg menjadi 35 kg. Penyakitnya itu membuat dia selalu mengalami sesak napas, batuk keras dan pilek. Tika adalah contoh nyata, meski tidak merokok, seseorang bisa saja meninggal karena asapnya.

Memang perokok pasif berpotensi 30% terkena penyakit flek paru bahkan kanker paru. Selain itu, mereka yang punya penyakit asma atau alergi, pencemaran udara oleh asap rokok dapat membuat kambuh. Asap yang terhirup perokok pasif juga membahayakan fungsi jantung bagi yang menderita jantung koroner.

Apalagi bagi janin, bayi dan anak-anak. Mereka punya risiko yang lebih besar menderita berat badan lahir rendah, bronchitis, pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma.

Itu makanya ibu hamil dilarang keras untuk merokok. Nikotin dan karbonmonoksida yang terdapat pada aliran darah wanita dapat membuat pembuluh darah ke plasenta mengecil sehingga oksigen dan zat makanan untuk janin akan berkurang.

Ya, seringkali mereka yang berada pada lingkungan penuh dengan asap rokok tidak menyadari bahwa mereka terancam bahaya. Padahal, perokok di Indonesia banyak sekali. Data WHO menyebutkan Indonesia masuk dalam tiga besar pengkonsumsi.

Sama-sama memberikan risiko terkena penyakit paru dan jantung bagi perokok aktif dan pasif. Tapi gejalanya sulit dideteksi, benarkah penyakit tersebut disebabkan oleh rokok. ìItulah yang membuat para perokok enggan berhenti. Mereka merasa penyakitnya belum pasti disebabkan karena rokok yang dikonsumsinya,terang Dr Agus Suryanto SpPD-KP.

Dokter konsultan paru di RS Karyadi Semarang itu menjelaskan jika penyakit paru merupakan akibat langsung dari asap rokok. Penyakitnya bisa berupa gangguan respirasi, batuk, gangguan fungsi paru. Sedangkan penyakit jantung merupakan dampak akumulasi dari merokok.

Penyakit paru dan jantung sebenarnya bisa menyerang siapa saja. Bedanya, orang satu dengan orang lain punya risiko yang berbeda karena pola hidupnya.

ìTubuh manusia itu kan multifaktorial. Jika dirinya setiap hari berada dalam lingkungan yang penuh dengan asap rokok, sebaiknya orang itu membiasakan untuk olah raga, makan teratur, dan selalu bergaya hidup sehat. Setidaknya itu mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh asap itu, terang Dr Agus.

Beberapa produk mengklaim dirinya adalah produk penetral racun rokok. Tapi menurut Dr Agus belum ada penelitian yang mengatakan hal itu. Maka hal bisa kita lakukan sebenarnya mendisiplinkan diri sendiri untuk selalu menjaga diri dari risiko yang ada.

Rokok memang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat kita. Kurangnya kesadaran akan bahayanya oleh konsumen mau tak mau menyeret juga yang tidak merokok. Tapi menurut Dr Agus, upaya mengurangi lebih banyak korban makin digalakkan.

ìBanyaknya area bebas rokok sudah makin banyak di beberapa senter seperti perguruan tinggi dan rumah sakit. Jika melanggar ada punishment. Beberapa daerah juga telah membuat Perda antirokok,î katanya.

Sejauh ini memang begitu yang bisa dilakukan. Untuk para perokok pasif, sebaiknya sebisa mungkin menghindari tempat yang banyak asap rokok. Bagi perokok aktif, hendaknya memahami etika pergaulan. Menghormati mereka yang tidak merokok dan menjauhkan diri dari anak-anak dan saat merokok bisa jadi salah satu bentuk etika tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar