Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Dua Pribadi Gaga

LADY Gaga dideskripsikan sebagian pencintanya di AS sebagai "Voice for Our Generation." Sepak terjangnya membuat orang tercengang.

Bahkan, yang terkini via album terbarunya berjudul Born This Way (2011), setelah sebelumnya merilis album The Fame (2008), dan The Fame Monster (2009), membuat pemilik nama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta (kelahiran 28 Maret 1986) itu, berpotensi menempatkan albumnya sebagai the greatest album of this decade.

Sedemikian pentingkah Gaga yang juga mendapat tentangan dari kaum Kristiani konservatif di sejumlah negara, seperti Filipina dan di negaranya sendiri itu, sehingga petinggi negara ini turut urun rembuk membicarakan rencana kedatangannya di Jakarta? Seberapa bahayakah Gaga, sehingga dinilai mampu merusak akidah anak muda yang menonton konsernya kelak?

Tidak adakah persoalan yang lebih penting di negeri ini selain meributkan Gaga, yang belum pasti datang untuk menggelar konser ”Born This Way Tour”? Kemelut Gaga memang tidak terlepas dari sosok yang diklaim mempunyai kepribadian ganda, bahkan multipel di dalam dirinya.

Di luar kepribadian aslinya yang penuh tanda tanya dan diliputi kerahasiaan, Gaga juga banyak menyimpan paradoks dalam kepribadiannya. Seorang pemerhati lirik di AS bahkan harus membedah petilan lagu ”Monster Cult,” yang berbunyi; //I simply ìdonít ëgetí her,î //.

Dari petilan lirik itu, dengan mudah dapat disimbulkan, bahkan Gaga tidak tahu dengan dirinya sendiri. Dengan kata lain, jika Gaga ingin mengatakan dia telah gagal memahami dirinya sendiri, apalagi memahami kepopulerannya, juga cita rasa berkeseniannya.

Jika para penikmat juga pengamat ingin memahami tujuan eksistensi Gaga, caranya hanya satu, hilangkan semua syakwasangka yang diarahkan kepadanya dan meleburlah menjadi bagian dari komunitas Little Monsters, sebutan untuk fans Lady Gaga. Hebatnya, para pengikutnya mematuhi dengan cara mengikuti semua dandanan yang dikenakan Gaga, atau disapa panggilanya dengan sebutan ”Mother Monster”.

Dalam manifesto ”Little Monsters”, Lady Gaga mengatakan, ”Ada sesuatu yang heroik saat para fans saya mengoperasikan kamera mereka, ketika menonton konser saya. Sebab, mereka mengoperasikan kamera mereka dengan sangat presisi dan sangat teknis,” katanya.

Raja dan Ratu

Para fans di mata Gaga adalah para raja dan ratu yang akan menulis sejarah sebuah kerajaan mereka. ”Sementara saya terkadang hanya menjadi badutnya,” katanya. Bukan sekadar gemar mengolok-ngolok diri sendiri atau merendahkan diri, Gaga juga acap menyebut dirinya sering salah kostum, eksentrik, dan aneh.

Meski demikian, dia tetap meminta penggemarnya tetap merangkul kepribadian mereka yang seaneh apa pun. Tidak peduli apa pun bayarannya. Bahkan, tak peduli dengan perkataan siapa pun.

Lady Gaga mengatakan keberadaan dirinya baik di atas panggung maupun di bawah panggung, adalah nyata semua. Tidak ada yang memakai topeng. Bahkan, keberadaannya di atas panggung adalah representasi kesehariannya di dunia nyata.

Buktinya, dalam wawancara kepada Alexander Fury ketika ditanya adakah konsep yang keliru tentang dirinya, Lady Gaga menjawab, ”Aku adalah sebuah karakter. Atau Gaga dan sosok Stefani adalah terpisah? Kita adalah satu, tidak ada perbedaannya,” katanya.

Ketidakjelasan siapa yang mengontrol Lady Gaga dalam kesehariannya itulah, yang sangat dipercaya membuat Gaga gemar mengeluarkan pernyataan kontroversial. Seperti ketika dia mendukung kaum gay.

Meski terkadang juga mengeluarkan pernyataan yang non-sense, dalam beberapa hal yang lain, pernyataan Gaga dinilai memberikan dukungan kaum minoritas seperti kaum gay dan homoseksual.

Keunikan lain Gaga yang bermula dari pola pikirnya itu, juga diejawantahkan via cara berdandannya. Lihatlah kala dia menggunakan rasukan dari irisan daging segar, yang akhirnya membuat mesin pencari Google mendapatkan serbuan pencarian nama ”Lady Gaga”. Taktik tampil dengan dandanan serbasensasional, bombastis, penuh intrik itu bukan tanpa rencana.

Dalam acara Ellen DeGeneres, keanehan dandanan yang dikenakan bukan tanpa alasan. Ihwal gaya berbusananya, Gaga mengakui, dirinya banyak terpengaruh pada seniwati eksentrik asal Inggris Leigh Bowery dan Isabella Blow serta bintang legendaris Amerika Cher.

Dia berkomentar, sejak kecil dirinya merasa bagian dari Cher jika bersentuhan dengan dunia fashion. Untuk urusan perenungan, dia lebih suka disandingkan dengan sosok Donatella Versace, juga sekaligus terinspirasi disainer kondang Inggris Alexander McQueen. Saking gandrungnya pada seniman eksentrik Inggris, dia mengaku sangat bungah ketika pernah menjadi salah satu model pabrikan ikon Andy Warhol.

Meski pada kenyataannya, dia punya tim kreatif sendiri untuk urusan berdandan, Gaga lebih sering turun tangan sendiri. Majalah Time menempatkan Gaga yang jago berdandan itu sebagai ”All-Time 100 Fashion Icons List” sejajar bersama sejumlah idolanya, seperti Michael Jackson, Madonna, dan The Beatles.

Time mengatakan, cara berdandan Lady Gaga jauh lebih unik, karena bahan yang dikenakan bervariasi, dari gelembung plastik, boneka Kermit sang Kodok, hingga irisan daging segar. Setelah gaya berdandan dan tudingan lainnya, termasuk penyembah setan dan anti-Kristus merebak, apakah Gaga tetap akan berdandan sekenanya?

Posting Komentar

0 Komentar