Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Nomo Koeswoyo:”Nyanyi sampek Tuwek”

”AKU meh nyanyi sampek tuwek,” kata Nomo Koeswoyo dari atas panggung di Studio 5 TVRI, Senin (13/2). Nomo menyanyi dengan lincah, sesekali menirukan gaya berjalan sosok Semar, berdansa dengan salah satu cucunya, yang ditemani anak sulungnya Chicha Koeswoyo, dalam rekaman acara Nostalgia.

Acara tersebut akan disiarkan minggu depan. Alih-alih mengendurkan semangatnya untuk menyanyi, pemilik nama asli Koesnomo Koeswoyo, kelahiran Tuban, 21 Januari 1939 itu, berseru kepada kerabat kerja TVRI untuk menyegerakan proses rekaman. ”Ayuk cepet, ben ndang rampung,” serunya yang tentu saja mendapat sambutan gelak tawa sejumlah wartawan.

Sementara Chicha Koeswoyo menyeka air mata haru menyaksikan orang tua terkasihnya masih mampu pecicilan dan terkadang mendapat sambutan dari adiknya Yok Koeswowo, yang setia mendampingi. Yok turut menyumbangkan single terkini yang bernarasi tentang ”mengembalikan semua persoalan kepada illahi.” Chicha yang pernah terkenal sebagai bintang cilik dengan single legendaris ”Heli” dan ”Kau Mau ke Mana,” ketika ditanya tentang ayahandanya, berujar ringan, ”Saya terharu lihat Papa sekarang. Sebab, Papa masih sehat, masih bisa menyanyi dan masih lincah,” katanya berkaca-kaca.

Menurut Chicha, dengan merilis album Pop Jawa yang sejatinya telah dirilis akhir tahun lalu dan dimatangkan tiga bulan di Magelang dan Semarang, itu dapat menjadi media untuk menjaga kesehatan ayahnya. ”Dapat melawan kepikunan ya Pa,” katanya ditujukan kepada Nomo yang duduk bersebelahan dengan Bens Leo dan Arwendo Atmowiloto. Tiga nama lainnya, yaitu Permadi SH, Yok Koeswoyo, dan Naniel (pemusik kawakan mantan personel Leo Christy, Swami, dan Kantata Takwa), juga dilibatkan untuk mengupas album baru Nomo.

Semar

Di mata Arswendo, sejumlah lagu Nomo, juga Koes Bersaudara dan Koes Plus menjadi tonggak hingga sekarang. Seperti petilan single ”Ke Jakarta Ku kan Kembali” hingga ”Bis Sekolah,” yang kepopulerannya, menurut Arswendo, dapat disejajarkan dengan single ”Au Lang Syne” yang terkenal itu. Singkat kata, imbuh Wendo, meski usianya sudah lebih dari 70 tahun, Nomo masih mampu merilis album Pop Jawa yang proses rekamannya dilakukan di Studio JX Recording Semarang, dan berlindung di bawah label Bravo Music.

Hal senada dikatakan Permadi SH. ”Ketika Nomo menyoroti kondisi ke-indonesian sekarang, lewat berbagai kritiknya yang terangkum di sejumlah single, seperti ”Kahanan”, ”Piweling”, ”Kembang Jagung”, ”Katresnanku”, ”Pamong”, dan delapan lagu lainnya, yang berbicara kepada kita sebenarnya bukan Nomo, tapi yang berbicara adalah Semar yang meminjam mulut Nomo,” ujar politikus dari Partai Gerindra itu.

Menurut Nomo, setelah dia memilih menetap di Magelang, dia berusaha sebisa mungkin mengamati Indonesia dengan kacamata sendiri, yang tentu saja masih berpihak kepada kepentingan wong cilik. ”Saya ini nulis lagu sekenanya,” kata Nomo.

Dalam bahasa Yok Koeswoyo, sebenarnya Nomo tidak menciptakan lagu, yang menciptakan itu Gusti Allah. Saya dan Mas Nomo itu hanya ngarang. Saya itu nggak bisa bikin lagu. Sepengetahuan saya, bisa itu beracun dan berbahaya. Tapi, saya mampu bikin lagu,” imbuh Yok berkelakar.

Posting Komentar

0 Komentar