Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Hutan Nusakambangan Rusak Parah

CILACAP - Kerusakan hutan tropis di Pulau Nusakambangan ternyata sudah parah. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mencatat luas kerusakan mencapai 4.000 hektare. Perusakan terbesar terjadi di bagian barat pulau.

Polisi Hutan Seksi Konservasi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng Wilayah II, Dedi Rusyanto, kemarin, mengatakan kerusakan hutan terjadi akibat pembalakan liar. Selain itu, sebagian juga akibat alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian.

Pasalnya, sekitar tahun 2000 lalu di wilayah barat Pulau Nusakambangan sempat terjadi pembukaan lahan untuk perkebunan pisang sekitar 200 hektare. Namun, karena proyek macet maka pekerja yang didatangkan ke pulau tersebut memanfaatkannya menjadi lahan pertanian.

”Kegiatan pertanian itu rupanya menarik warga dari seberang pulau untuk ikut bercocok tanam di Pulau Nusakambangan,” ungkapnya.

30 Persen

Dedi menjelaskan, total luas hutan tropis Nusa­kam­bangan mencapai 12.106 hektare. Areal yang sudah mengalami kerusakan mencapai 4.000 hektare, atau sekitar 30 persen. Kondisi terparah terjadi di sisi barat pulau.

”Semakin banyak pendatang yang memanfaatkan lahan untuk pertanian,” tandasnya.

Dia mengakui belum memiliki data pasti berapa jumlah perambah dan petani liar yang bercocok tanam di Pulau Nusakambangan, tapi diperkirakan mencapai ribuan.

Selain mendirikan gubuk liar, sebagian petani hanya datang pada pagi hari untuk merawat tanaman dan kembali sore harinya. ”Jadi kita kesulitan untuk mendata,” ujarnya.

Menurutnya, upaya untuk mengembalikan ekosistem di Pulau Nusakambangan sangat sulit, selama aktivitas pertanian dibiarkan. Diperkirakan membutuhkan waktu hingga 20 tahun agar pepohonan bisa kembali rimbun.

”Untuk penutupan lahan oleh vegetasi saja butuh puluhan tahun, tapi paling sulit yakni mengembalikan habitat dan ekosistem seperti semula,” tegasnya.

Sebenarnya, lanjut Dedi, penutupan vegetasi bisa terjadi dalam hitungan tahun jika aktivitas pertanian dibubarkan. Vegetasi akan tumbuh secara alami di lahan yang ditinggalkan. Adapun untuk beberapa tanaman asli dari Nusakam­bangan bisa ditanam untuk mengembalikan hutan primer. Upaya itu perlu dilakukan secara intensif dan konsisten.

”Terpenting adalah bagaimana agar para petani penggarap sadar dan mau meninggalkan Nusakambangan.”

Kepala Satpol PP Cilacap, Paulus Triyanto melalui Kasub Bidang Pembinaan dan Pengawasan, Agus Marhena, menuturkan pencurian kayu masih sering terjadi di kawasan hutan Nusakambangan.

Karena itu pihaknya terus melakukan razia secara rutin bekerja sama dengan aparat kepolisian, TNI, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). ”Pencurian kayu ini menyebabkan sisi sebelah barat Pulau Nusakambangan gundul,” katanya.

Posting Komentar

0 Komentar