Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Pemilu Mesir Dibayangi Boikot

KAIRO - Warga Mesir memberikan suara pada hari kedua pemilihan presiden putaran kedua, Minggu kemarin.

Namun pemilu pertama setelah Hosni Mubarak terguling Februari 2011 itu dibayangi seruan boikot atau merusak kartu suara.

Dalam pemilu presiden putaran kedua ini, kandidat partai Islam Mohammed Mursi bersaing dengan perdana menteri era Mubarak, Ahmed Shafiq.

Namun muncul keraguan apakah Dewan Militer yang berkuasa di Mesir (SCAF) akan menyerahkan kekuasaan kepada otoritas sipil pada 1 Juli seperti dijanjikan.

Pemenang akan diumumkan secara resmi Kamis mendatang, namun hasilnya baru bisa diketahui paling cepat Senin pagi waktu setempat dan tidak didasarkan pada exit poll yang dilakukan tim kampanye maupun sampel suara yang dihitung di seluruh negara.

Pemungutan suara dua hari itu, mulai Sabtu dan berakhir Minggu sore waktu setempat, diselenggarakan di tengah ketidakpastian politik setelah Dewan Militer membubarkan parlemen.

Keputusan itu diambil setelah Kamis (14/6) lalu, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pemilu parlemen tahun lalu melanggar Undang-Undang Dasar.

Parlemen Dibubarkan

Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pemilu legislatif inkonstitusional karena diputuskan hakim yang berada dalam kekuasaan Mubarak.

Mursi yang merupakan kandidat presiden Ikhwanul Muslimin menyebutkan keputusan itu tidak sah dan merupakan kudeta terhadap demokrasi.

Kondisi tersebut mendorong warga Mesir untuk melindungi revolusi mereka setelah Dewan Tinggi Militer menyatakan parlemen tidak sah dan dibubarkan pada Sabtu (16/6) lalu.

Perselisihan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa dewan militer berupaya mengonsolidasi kekuasaan dan menentang demokrasi yang dituntut dalam demonstrasi tahun lalu.

Sementara itu BBC melaporkan antusiasme dalam pemilihan putaran kedua tampak lebih sedikit dibandingkan dengan putaran pertama, dan terjadi seruan boikot atau merusak surat suara.

Dalam pemilu putaran kedua tersebut sangat sedikit pemilih muda yang mendatangi TPS pada Sabtu (16/6) lalu. Ketika TV pemerintah mendorong warga untuk memberikan suara, sejumlah aktivis terlihat menyebarkan seruan boikot di sejumlah stasiun di Kairo.

Dalam pemilu presiden putaran pertama bulan lalu, Shafiq meraih posisi kedua dengan perolehan suara sebesar 23,7% dan Mursi 24,8%.

Langkah cepat SCAF membubarkan parlemen berarti siapa pun yang menang dalam pilpres putaran kedua, ia besar kemungkinan menjabat tanpa pengawasan parlemen.

Ia juga mungkin tidak memiliki kewenangan atau tugas konstitusional yang permanen.

Seratus anggota yang ditunjuk oleh majelis rendah dan tinggi parlemen pekan ini untuk menyusun undang-undang dasar baru diperkirakan juga akan dibubarkan

Para pejabat SCAF kepada media Mesir mengatakan mereka berencana mengeluarkan konstitusi baru dan mungkin akan memilih sendiri anggota tim yang menyusun konstitusi tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar