Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Pawang Kerbau Bule Keraton Gantung Diri

SOLO - Utomo Gunadi (51), abdi dalem srati (pawang) kawanan kerbau bule keturunan Kiai Slamet meninggal gantung diri di ringin kurung Alun-alun Kidul Keraton Surakarta.

Jenazahnya diturunkan sekitar pukul 06.30 oleh petugas Polsek Pasarkliwon bersama warga.

Jenazah pawang yang hidup total untuk merawat binatang piaraan keraton itu, kemarin, dimakamkan di Untaralaya Mojosongo, dari rumah duka Bibis Wetan, Gilingan Banjarsari dengan upacara pukul 14.00. Almarhum yang sudah belasan tahun mengabdi itu, meninggalkan seorang istri dan 3 anak.

Pria asal Bibis Wetan, Gilingan, Banjasari yang dipercaya merawat kerbau Kiai Slamet dan keturunannya itu gantung diri diduga depresi. Istri korban, Ny Yanti nyaris tak percaya perbuatan nekat yang dilakukan suaminya.

Dia mengajak temannya, Bambang untuk melihat suaminya yang sudah tidak bernyawa. Sepengetahuan Ny Yanti, suaminya baru saja keluar dari kandang membawa tali.

Rupanya, tali tersebut yang digunakan suaminya untuk mengakhiri hidupnya. Korban selanjutnya oleh polisi dievakuasi ke laboratorium forensik (labfor) RSUD Dr Moewardi, Jebres.

Kapolsek Pasarkliwon AKP Parni Handoko SH menegaskan, tidak ada unsur penganiayaan dalam kejadian itu. Diduga korban sedang mengalami depresi.

Kapolsek menyebutkan, beberapa kali korban mencoba bunuh diri.
Polisi juga menemukan uang ratusan ribu dari saku celana korban, dan surat dari kepolisian sebagai saksi di pengadilan dalam kasus teroris.

Saksi Bom

Sepekan lalu Gunadi menjadi saksi dalam sidang teroris di Jakarta dengan tersangka Nanang alias Nangdut yang ditangkap Densus 88 Anti Teror di Jatim beberapa bulan lalu. Sejak itu, Gunadi sering mengeluh.

Hal itu dikemukakan Sri Hartatik (40) warga Jebres dan Sunaryo (52) warga Mojosongo. Mereka mengemukakan, beberapa hari sebelumnya, Gunadi jarang makan dan kerap menyendiri.

Pengageng Sasana Wilapa GKR Wandansari Koes Moetijah sebelum melayat menjelaskan, sangat mungkin almarhum mengalami tekanan psikologis.

Sekitar dua minggu sebelumnya, dia datang ke Kantor Sasana Wilapa untuk melaporkan dirinya baru pulang dari Jakarta, usai menjadi saksi dalam sidang kasus penemuan bom dua tahun silam.

‘’Mungkin dia sangat tertekan. Dia mungkin tidak tahu cara mengatasinya. Lha wong ketika di sini sambate hanya pengin mati saja. Karena, seolah-olah dia merasa yang dijadikan tersangka,’’ ujar Gusti Moeng.

Gusti Moeng juga mendengar pernyataan almarhum yang sampai diulang-ulang beberapa kali. Yaitu, kalau dirinya meninggal, tidak tahu siapa yang akan menggantikan momong atau merawat kawanan binatang yang menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Gusti Moeng mengaku agak repot ditinggal Utomo Gunadi. Sebab belum ada yang mau mengabdi secara total, tidur bersebelahan dengan kawanan Kiai Slamet, seperti almarhum.

Posting Komentar

0 Komentar