Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Pasukan Kembali Gempur Houla

BEIRUT - Pasukan Suriah semakin membabi buta dalam melancarkan serangannya. Kamis kemarin, Houla yang menjadi tempat pembantaian 109 orang pekan lalu kembali digempur.

Sedikitnya, satu orang tewas dan sebagian warga meninggalkan daerah itu untuk menghindari serangan lebih lanjut.

Kelompok aktivis Suriah Observatory for Human Rights dan Local Coordination Committees mengungkapkan, tentara tidak hanya melepaskan tembakan senjata mesin namun juga mortir di Houla, daerah pedesaan miskin di Provinsi Homs, Suriah bagian tengah. Seorang tewas di tangan penembak gelap.

Warga Houla menuding kelompok bersenjata propemerintah berada di balik pembantaian pada Jumat pekan lalu yang menewaskan 109 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak. Pemerintah membantah tudingan itu dan menyalahkan kelompok “teroris bersenjata”.

Di Istanbul, Turki, Sekjen PBB Ban Ki-moon kemarin mendesak Suriah menghentikan serangannya dan mengungkapkan tim PBB yang mengawasi gencatan senjata tidak berada di lapangan ketika pembantaian terjadi.

Sementara itu, para tentara pembelot yang menamakan diri Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mengeluarkan peringatan. Jika pemerintah tidak menarik pasukan dari daerah pemukiman, mereka akan melakukan perlawanan besar-besaran.

“Kami akan melawan untuk membela warga sipil,” tegas Kolonel Qassim Salaheddine dalam sebuah pernyataan yang diunggah via YouTube. Dia adalah komandan FSA di Provinsi Homs.

Kendati FSA mengklaim telah mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang diprakarsai utusan khusus internasional Kofi Annan, Deputi Menlu Suriah Faisal Mekdad menyatakan kelompok bersenjata telah melanggar gencatan senjata lebih dari 3.500 kali.

Bebaskan Tahanan

Terjadi sejumlah bentrok senjata dalam beberapa pekan terakhir antara pasukan pemerintah dan tentara pembelot di berbagai tempat di Suriah.

Kamis kemarin, TV milik pemerintah melaporkan 500 yang terlibat dalam berbagai aksi pemberontakan di Suriah telah dibebaskan dari tahanan, dua hari setelah Kofi Annan meminta Presiden Bashar al-Assad melakukan pembebasan tahanan.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton, kemarin, insiden pembunuhan yang terus terjadi di Suriah seharusnya semakin mengukuhkan perlunya tindakan tegas. Namun, dia menekankan intervensi militer memerlukan dukungan dari masyarakat internasional, termasuk Rusia.

Dia menambahkan, Washington akan terus mengupayakan hal itu kepada Moskwa yang bertekad akan menghalangi segala upaya di PBB untuk mengesahkan mandat intervensi militer di Suriah. Rusia dan China dua kali membela rezim Assad dari sanksi DK PBB.

Hillary Clinton juga memperingatkan bahaya konflik yang terus membesar di Suriah sehingga mengancam terjadinya perang saudara yang bisa menyeret negara-negara lain di kawasan tersebut.

Dia mencontohkan, Yordania mengkhawatirkan keamanan dan stabilitas wilayahnya akibat krisis di Suriah sedangkan Turki mengkhawatirkan kelompok teroris Kurdi yang beroperasi dari dalam Suriah.

Sementara itu dari Beijing dikabarkan, China kemarin mendesak dunia untuk memberi kesempatan lebih agar kesepakatan damai yang diprakarsai Annan bisa berjalan dengan baik. China optimistis, solusi akan segera dicapai untuk menyelesaikan krisis yang kompleks tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar