Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Kunjungi Inggris, Suu Kyi Kenang Pahit Manis Perjuangan

LONDON - Setelah hampir seperempat abad, pemimpin prodemokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi akhirnya bisa kembali menginjakkan kaki di Inggris, kemarin (19/6).

Selain menghadiri beberapa acara, Suu Kyi akan merayakan ulang tahun ke- 67 bersama keluarga di negeri itu. Suu Kyi tiba di Inggris dari Irlandia pada Senin tengah malam.

Saat berada di Dublin, Irlandia, dia sempat satu panggung dengan penyanyi U2, Bono, guna menerima penghargaan dari organisasi HAM Amnesti Internasional.

Putri pejuang kemerdekaan Myanmar itu dijadwalkan berada di Inggris selama empat hari. Selain bertemu dengan keluarga, dia akan mengunjungi beberapa kampus serta bertemu para anggota keluarga kerajaan. Dia juga dijadwalkan menyampaikan pidato di Gedung Parlemen.

Kemarin, di hadapan ratusan mahasiswa akademisi London School of Economics Suu Kyi mengatakan bahwa waktu saja tidak cukup untuk menyembuhkan luka negerinya. Pidato Suu Kyi di London School of Economics itu merupakan penampilan perdananya di Inggris. Di kampus itu ikon demokrasi tersebut membeber tentang bagaimana Myanmar berubah menjadi negara supremasi hukum.

”Waktu saja tidak cukup untuk menyembuhkan. Harus ada pengakuan bahwa telah terjadi kesalahan di masa lalu,” katanya. ”Kemajuan yang kami citacitakan terkait demokratisasi dan reformasi,” imbuhnya, ”sangat tergantung pada pemahaman tentang pentingnya supremasi hukum.”

Ikatan Khusus

Ditanya mengapa dia tidak mengecam junta militer di Myanmar, dia menjelaskan bahwa ”menyelesaikan konflik bukan tentang kecaman,” tapi tentang menemukan dan mengatasi akar konflik.

Sepanjang diskusi panel itu Suu Kyi berulang kali mendapatkan tepuk tangan meriah. Suu Kyi mempunyai ikatan khusus dengan Inggris. Dia pernah kuliah dan tinggal di negara itu selama beberapa tahun bersama mendiang suami, Michael Aris, dan kedua putranya.

Kunjungan kali ini merupakan yang pertama sejak 24 tahun. Sejak meninggalkan Inggris pada 1988, Suu Kyi menghabiskan sebagian besar waktunya dalam tahanan rumah di Myanmar. Pada Rabu, Suu Kyi dijadwalkan menerima gelar kehormatan dari Oxford University.

Suu Kyi seharusnya menerima gelar itu pada 1993 namun tidak bisa dilakukan karena kala itu dia menjadi tahanan rumah. Ikon demokrasi Myanmar itu menjadi tahanan rumah selama 15 tahun dan baru dibebaskan pada 2010. Kunjungan ke Eropa ini merupakan kunjungan ke luar negeri yang kedua bagi Suu Kyi setelah Thailand pada Mei lalu.

Sejumlah kalangan menilai perjalanan ke Eropa selama dua pekan ini sebagai pencapaian baru dalam perkembangan politik Myanmar. Selain mengunjungi Inggris, Suu Kyi juga mengunjungi Swiss, Prancis, dan Norwegia.

Posting Komentar

0 Komentar