Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Jadwal Padat, Suu Kyi Kelelahan

BERN - Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi membatalkan acara yang sudah dijadwalkan di Swiss karena kelelahan.

Dia mengunjungi parlemen Swiss pada hari kedua kunjungannya ke Eropa, Jumat kemarin, setelah membatalkan acara pada malam sebelumnya.

Dia dijadwalkan menghadiri jamuan makan malam dengan para pejabat pemerintah pada Kamis (14/6) malam, namun perempuan yang pada 19 Juni nanti genap berusia 67 tersebut memilih tetap tinggal di hotel karena kelelahan setelah mengadakan konferensi pers.

Suu Kyi sempat bertemu dengan Menlu Swiss, Didier Burkhalter, namun kemudian mempersingkat konferensi pers.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya sangat kelelahan dan tidak terbiasa dengan perbedaan waktu. Setelah berkunjung ke parlemen, dia akan diterbangkan dengan helikopter ke Bandara Zurich sebelum bertolak ke Oslo. Di Ibu Kota Norwegia itu, dia akan menerima secara resmi hadiah Nobel Perdamaian 1991 pada Sabtu (16/6) ini.

Penghargaan HAM

Selanjutnya, Suu Kyi akan berpidato di hadapan parlemen Inggris dan menerima penghargaan HAM dari Amnesty International di Dublin dari vokalis grup U2, Bono, dan kemudian terbang ke Prancis.

Aktivis prodemokrasi Myanmar itu memulai kunjungan empat harinya ke Eropa pada Kamis lalu dengan menyampaikan pidato dalam sebuah pertemuan tahunan Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Jenewa.

Dia mengajak negara-negara lain untuk melakukan investasi yang mendukung demokratisasi di Myanmar dan menyerukan penyelesaian politik untuk mengakhiri konflik antaretnik.

Lawatan pertamanya ke luar negeri sejak 1988 tersebut menandai tonggak sejarah baru dalam perubahan politik di Myanmar sejak pemerintahan junta militer berakhir tahun lalu. Perubahan dan reformasi juga mengantarkan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), memperoleh kursi di parlemen.

Ketika dia bertolak ke Eropa pada Rabu (13/6) lalu, kerusuhan masih terus berkobar di Myanmar bagian barat laut antara etnik muslim Rohingya dan etnik Buddha Rakhine sehingga mengakibatkan puluhan ribu orang mengungsi.

Pemerintah mengumumkan keadaan darurat di Negara Bagian Rakhine dan hingga kemarin 29 orang dilaporkan tewas akibat konflik antaragama tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar