Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

DK PBB Kaji Ulang Penarikan Misi Pemantau di Suriah

BEIRUT - Dewan Keamanan PBB akan mengaji masa depan misi pemantau di Suriah menyusul seruan bersama Amerika Serikat (AS) dan Rusia agar konflik di negara pimpinan Bashar al-Assad itu segera diakhiri.

Sabtu lalu sebanyak 300 anggota misi pemantau ditarik dari Suriah karena semakin meningkatnya kekerasan. Jenderal Robert Mood, kepala misi pemantau, kemarin (19/6) melaporkan perkembangan misi tersebut ke Dewan Keamanan PBB.

Mood Minggu lalu menyatakan, ribuan warga sipil terperangkap dalam pertempuran antara pasukan pemerintah dan oposisi di pusat Kota Homs. Dia mendesak pemerintah dan oposisi membiarkan ”para wanita, anak-anak, manula, dan korban luka meninggalkan zona konflik”. Menurut para aktivis, terdapat sekitar 1.000 keluarga yang terperangkap di Homs.

Sementara itu ketua Dewan HAM PBB Navi Pillay menuntut pemerintah Suriah agar menghentikan pengeboman di kawasan permukiman. ”Tindakan semacam itu termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan berpeluang menjadi kejahatan perang,” kata Pillay di hadapan Dewan HAM PBB.

Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (18/6) waktu setempat menyerukan ”penghentian segera semua kekerasan”. ”Untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah, kami menyerukan penghentian segera segala bentuk kekerasan,” kata kedua pemimpin dalam sebuah pernyataan setelah bertemu di sela-sela KTT G20 di Los Cabos, Meksiko.

Evakuasi Warga

”Kami bersatu dalam keyakinan bahwa warga uriah harus memiliki kesempatan untuk secara mandiri dan demokratis memilih masa depan mereka sendiri,” kata para pemimpin tersebut. Putin kepada wartawan mengatakan, dia dan Obama menemukan banyak kesamaan pandangan terkait kekerasan yang telah 15 bulan mendera Suriah.

Sementara itu Obama menyatakan, dia dan Putin sepakat tentang perlunya ”proses politik” untuk menghentikan konflik. Kendati demikian nyaris tak ada tanda bahwa keduanya menyepakati cara-cara konkret untuk mengakhiri konflik.

Selama ini Rusia bersama China selalu memveto resolusi DK PBB terhadap Assad. Terpisah, pemerintah Suriah kemarin menyatakan pihaknya tengah berupaya mengevakuasi warga yang terjebak dalam pertempuran di Kota Homs.

Kementerian Luar Negeri Suriah dalam satu penyataan yang disiarkan kantor berita SANA menyalahkan ”kelompok-kelompok teroris” karena menghalangi upaya evakuasi terkoordinasi yang dilakukan misi pengamat PBB dan pemerintah setempat.

Pemerintah Suriah secara reguler menyebut kubu oposisi sebagai teroris. Kalangan aktivis menyatakan, militer meningkatkan gempuran di kawasan permukiman di sejumlah distrik di Homs.

Menurut warga, kota terbesar ketiga di Suriah itu telah dikepung tentara dan dihujani mortir serta artileri sejak awal Juni lalu. Puluhan ribu penduduk telah mengungsi ke kota lain guna menyelamatkan diri.

Posting Komentar

0 Komentar