Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BI Tekan Pelemahan Rupiah

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate 5,75% untuk menekan pelemahan nilai tukar rupiah dari krisis Eropa yang memburuk dan sentimen negatif pasar keuangan global.

Selain itu, bank sentral mendorong peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar di kawasan Asia dan fundamental perekonomian nasional.

’’Di tengah ketidakpastian perekonomian global yang meningkat, Dewan Gubernur BI yakin daya tahan perekonomian domestik sejauh ini masih baik.

Prospek perekonomian global masih dihadapkan pada krisis Eropa yang memburuk dan makin tidak pasti, kondisi perekonomian AS yang masih rentan, serta pertumbuhan ekonomi China dan India yang diperkirakan melambat sebagai dampak krisis di Eropa,’’ tutur Direktur Kepala Grup Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah, kemarin.

Di samping menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun pasar valuta asing, BI memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan, termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.

Dalam kondisi perekonomian global demikian, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 dan secara keseluruhan tahun ini diperkirakan masih dapat mencapai kisaran 6,3%-6,7% meskipun dengan risiko bias ke batas bawah kisaran.

Domestik

Sumber pertumbuhan, kata dia, terutama ditopang oleh permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi yang tetap kuat. Di sisi lain, sumber pertumbuhan eksternal diperkirakan menurun dengan pelambatan ekspor akibat permintaan dunia yang melamah dan penurunan harga komoditas global.

’’Sementara itu, impor masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan permintaan domestik yang kuat,’’ tutur Difi.

Nilai tukar rupiah, ujar dia, mengalami tekanan atau depresiasi terkait dengan faktor eksternal. Pada Mei 2012, rupiah secara point to point melemah sebesar 2,23% ke level Rp 9.400 per dolar AS atau rata-rata melemah 0,95% dari Rp 9.254 per dolar AS.

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah, menurut dia, disebabkan oleh permintaan valuta asing yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan impor; terutama impor BBM, pembayaran utang luar negeri, dan repatriasi pendapatan pihak asing, di tengah peningkatan permintaan valuta asing terkait dengan portfolio rebalancing oleh pelaku nonresiden akibat sentimen global sehubungan dengan penyelesaian krisis di Eropa.

Untuk menjaga keseimbangan pasar valuta asing, BI terus mengambil langkah-langkah dalam menjaga kecukupan likuiditas pasar. Antara lain didukung oleh penguatan operasi moneter melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing, misalnya term deposit valuta asing, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk memitigasi dampak negatif dari risiko pemburukan ekonomi global.

Ia menyebutkan neraca pembayaran Indonesia diperkirakan membaik pada triwulan II 2012 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, atau kembali mencatat surplus. Impor yang masih kuat di tengah pelambatan ekspor menyebabkan transaksi berjalan akan mengalami defisit meskipun dengan tingkat lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

’’Meskipun ada tekanan arus modal keluar akibat sentimen global, surplus transaksi modal dan finansial diprediksi masih tinggi untuk menutup defisit transaksi berjalan,’’ tandasnya.

Cadangan devisa sampai akhir Mei mencapai 111,5 miliar dolar AS, atau setara 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.

Posting Komentar

0 Komentar