Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

70.000 Pendemo Tuntut Putin Mundur

MOSKWA - Puluhan ribu warga Rusia membanjiri pusat Kota Moskwa dalam aksi protes menentang Presiden Vladimir Putin, kemarin (12/6).

Unjuk rasa terbesar sejak Putin kembali ke Kremlin itu digelar sehari setelah aparat menggeledah kediaman para aktivis.

Setelah menoleransi beberapa aksi besar-besaran yang digelar menjelang pemilu, Putin menunjukkan pendekatan yang lebih keras terjadap oposisi.

Pekan lalu pria yang telah tiga kali menjabat sebagai presiden itu menandatangani undang-undang baru yang menaikkan besaran denda bagi mereka yang melanggar ketentuan penyelenggaraan demo.

Polisi dan penyidik, Senin lalu, menggeledah apartemen Udaltsov, blogger antikorupsi Alexei Navalny, dan sosialita Ksenia Sobchak. Mereka menyita komputer, foto, dan sejumlah barang lainnya.

Salah seorang aktivis yang ditangkap, Sergei Udaltsov, kemarin menolak menjalani pemeriksaan dan justru ikut serta dalam demo. Dia menyerukan agar aksi terus digelar hingga Putin mundur.

"Kita tidak bisa menerima segala hal yang melemahkan negara kita atau memecah belah masyarakat,'' kata Udaltsov. Aktivis oposisi terkemuka lainnya, Boris Nemtsov, juga ambil bagian dalam aksi itu.

Para pendemo sembari mengibarkan bendera, banner, dan spanduk, meneriakkan slogan-slogan anti-Putin. "Putin pencuri" dan "Rusia tanpa Putin" adalah beberapa yang mereka teriakkan sepanjang aksi.

Ketakutan

"Mereka yang berjuang di luar sedang ketakutan," kata Valery Zagovny (50), tentara era Soviet yang pernah bertugas di Afghanistan. "Biarkan mereka yang berada di balik tembok merah Kremlin takut."

Sejumlah polisi antihuru-hara berjaga di sepanjang rute yang dilewati pendemo, namun jumlah mereka tak sebanyak yang dikerahkan dalam aksi protes sebelumnya.

Ilya Ponomaryov, seorang pengacara oposisi, menyatakan sebanyak 60.000-70.000 pendemo ikut dalam demo. Namun menurut perkiraan polisi, jumlah mereka hanya 18.000 orang.

Meski dibayangi kekhawatiran akan terjadinya kekacauan menyusul pembubaran paksa oleh aparat dalam aksi sebelumnya, demo kemarin berjalan damai.

"Mereka yang berkuasa harus merasakan tekanan ini. Kami akan melakukan protes dengan cara apa pun, damai maupun tidak,'' kata Anton Maryasov (25), mahasiswa pascasarjana. "Jika mereka mengabaikan kita, itu berarti pertumpahan darah tak terhindarkan.''

Pemrotes lainnya, Anatoly Ivanyukov (20), menyatakan bahwa upaya pemerintah untuk membubarkan aksi justru akan menyulut lebih banyak protes. "Itu seperti ketika Anda melarang anak-anak melakukan sesuatu, mereka justru akan semakin ingin melakukan hal tersebut.''

Sesaat sebelum aksi digelar, sejumlah situs indenpenden macet. BBC tidak bisa mengakses laman radio Moscow Echo dan kantor berita lainnya melaporkan kesulitan mengakses laman harian Novaya Gazeta.

Mikhail Zygar, pimred saluran TV Dozhd (Rain), menyatakan lamannya diserang peretas. "kami sedang berupaya memulihkannnya. Serangan mulai terjadi pukul 11.00," katanya kepada kantor berita Interfax.

Posting Komentar

0 Komentar